Minggu, 26 Oktober 2014

Berawal dari mimpi


Assalamualaikum.

Something that, this is like a dream for me. And that's all happened in my live. -Lintang
Aku pernah baca kata bijak seperti ini "Lebih baik memiliki banyak mimpi yang belum terealisasikan daripada tidak punya mimpi. Tapi, jangan biarkan mimpimu hanya sebagai mimpi saja."

Aku ingat waktu itu aku masih kelas 2 smp. Dan sejak saat itu aku mulai mencatat semua mimpi mimpiku. Termasuk mimpi makan ramen kayak naruto *cita-cita yang aneh*.

1.       Ingin dapat ranking 1 sampai 5.
2.       Ingin sekolah di SMA Negeri 2 Jombang. Waktu itu, si smada masih RSBI.
3.       Kapan-kapan pengen makan ramen, biar sama kaya naruto. Waktu itu aku lagi suka banget sama anime itu.
4.       Pengen bisa dapet nilai 80 di matematika. Gara-gara dulu suka liat anime, matematikaku anjlok njlo njlok.
5.       Pengen belajar bahasa Jepang, gara-gara naruto juga.
6.       Lanjut kuliah di PTN, dan itu harus ITS. Gak peduli di jurusan apa aja, pokoknya ITS titik.
7.       Pengen belajar fotografi.
8.       Pengen naik bis sendiri. Soalnya aku gak pernah berani naik kendaraan umum sendirian.
9.       Pengen kerja di PLN kaya bapak. Tapi langsung di tolak mentah-mentah sama bapak. Katanya “Kerja di PLN itu bukan cita-cita. Cari kerja itu yang lebih baik dari bapak!” *tear
10.   Pengen ikut osis di SMA. Karena dulu waktu kelas 1 smp, nyalonin diri jadi anggota osis gak bisa. Soalnya sistem voting per kelas.

Dari kata bijak diatas “Jangan biarkan mimpimu hanya sebagai mimpi saja” berarti aku harus usaha. Giving my maximum effort. Bukan hanya effort, doa juga harus setiap saat.
Hasilnya, nomer 1 tercapai di kelas terakhir SMA ranking 4 dan ranking 2. Nomer 2, negeri sih tapi bukan SMADA. Bisa makan ramen setelah 2 tahun dari nulis mimpiku *yeay*. Nomer 4 succes, nilai 86. Nomer 5 clear, soalnya di SMA ada materi bahasa Jepang. Nomer 6, Alhamdulillah sekali. Nomer 7, masih otw, proses. Nomer 8, wah udah Jombang-Blitar, Jombang-Malang, Jombang-Surabaya. Nomer 9, sudah satu langkah menuju. Nomer 10, akhirnya kepilih juga di kelas 2 waktu SMA.
Dari kesepuluh mimpiku, yang paling aku banggain adalah nomer 6 dan nomer 9. Kenapa? Karena prosesnya. Sebelum bisa masuk di ITS, setelah lulus sma aku coba daftar di PTN dan PTS mana aja. Total ada 10 jalur masuk PTN PTS yang aku daftarin dan ikut tes *kecuali di ITS, soalnya aku agak minder daftar ITS*. 8 ke PTN, 2 ke PTS. Dan aku cuma diterima di PTS. Di 8 jalur masuk PTN, gagal semua. Putus asa? Sempet sih. Siapa yang nggak mental breakdown kalau udah ditolak kaya gitu?

Akhirnya dengan sedikit nyali yang tersisa dan usaha juga dorongan orang tua, aku daftar di ITS yang kelas kerjasama PLN. Aku sempet mikir “Woy sadar diri dong, 8 jalur masuk PTN gagal semua. Ini malah mau nyoba ITS, kelas kerjasama lagi. Emang bisa?”. Astaghfirullah.
Akhirnya karena mimpi bisa kuliah di PTN, aku berani beraniin deh. Tapi nggak cuma modal berani doang. Belajar dan doa juga kudu lempeng.

Dan ajaibnya, aku ketrima, lolos D3 Kerjasama ITS PLN. Sejak awal aku tes ditolak, nangis nangis bombay karna gak dapet sekolah, sabar dengerin cerita temen-temen yang udah ospek di sana sini. Aku anggap semua hadiah dari Allah, yang harus disyukuri proses dan hasilnya.

Dari pengalamanku tadi aku sendiri bisa belajar, bahwa seharusnya kita tidak boleh putus asa karena kita tidak tahu rencana Allah untuk kita akan sebesar apa dan bagaimana. Dan juga, jangan pernah takut untuk mewujudkan mimpi-mimpi kecilmu, karena kadang jalan yang kita takuti adalah jalan yang disitu terdapat rezeki kita.

Terimakasih sudah mau membaca curcolan saya. Maaf kalau ada kata yang kurang srek di hati.
Wassalamualaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar